Haris Darmawan, S.T., M.T.
Ketua Biro Pengkaderan DDII Banda Aceh
Tahun Baru Islam yang diperingati setiap 1 Muharram dalam kalender Hijriah memiliki dimensi historis dan spiritual yang mendalam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah bukan sekadar perpindahan geografis, melainkan transformasi peradaban yang menandai lahirnya masyarakat Islam yang berlandaskan prinsip keadilan, persaudaraan, dan dakwah. Dalam konteks ini, tahun baru Hijriah dapat dimaknai sebagai titik balik refleksi diri dan revitalisasi semangat dakwah dalam kehidupan umat Islam secara kolektif.
Dakwah, dalam pengertian yang luas, tidak terbatas pada aktivitas verbal yang dilakukan oleh tokoh agama, melainkan merupakan kewajiban setiap individu Muslim. Ia mencakup berbagai bentuk penyampaian nilai-nilai Islam yang dilakukan melalui perilaku, lisan, tulisan, maupun media digital. Dalam era disrupsi informasi saat ini, pendekatan dakwah perlu disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan masyarakat modern. Metode dakwah yang adaptif, dialogis, dan kontekstual menjadi keharusan agar pesan Islam dapat diterima secara lebih efektif oleh khalayak yang beragam.
Revitalisasi dakwah pada momentum Tahun Baru Islam seyogianya tidak hanya bersifat simbolik atau seremonial, tetapi perlu ditindaklanjuti dengan pembaruan visi dan strategi dakwah. Semangat hijrah harus dimaknai secara substantif sebagai upaya untuk berpindah dari kondisi stagnan menuju kemajuan, dari ketidaktahuan menuju pencerahan, dan dari sikap apatis menuju keterlibatan aktif dalam pembangunan umat. Dalam kerangka ini, dakwah tidak hanya menjadi instrumen penyebaran ajaran Islam, tetapi juga sebagai sarana transformasi sosial yang mendorong terciptanya tatanan masyarakat yang lebih adil, beradab, dan bermartabat.
Peran generasi muda dalam menghidupkan semangat dakwah menjadi sangat strategis. Dengan kapasitas intelektual, akses terhadap teknologi informasi, serta pemahaman terhadap dinamika sosial kontemporer, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang progresif. Melalui media sosial, konten edukatif, dan kegiatan sosial keagamaan, mereka dapat menghadirkan narasi Islam yang moderat, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dengan demikian, Tahun Baru Islam tidak hanya menjadi ajang peringatan historis, tetapi juga momentum aktualisasi nilai-nilai dakwah dalam kehidupan nyata. Pembaruan orientasi dakwah yang berbasis pada nilai keikhlasan, ilmu pengetahuan, dan kemaslahatan umat merupakan langkah strategis untuk memperkuat eksistensi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin di tengah dinamika global yang terus berkembang.